Senin, 30 September 2013

mengkaji dengan pendekatan psikologi pada naskah drama “Jam Dinding yang Berdetak Karya Nano Riantiarno”

Nama               : Uum Umayah
Kelas               : 5 C Diksatrasia
Mata Kuliah    : Kajian Drama Indonesia

Menentukan struktur yang terkandung dalam plot dan mengkaji dengan pendekatan psikologi pada naskah drama “Jam Dinding yang Berdetak Karya Nano Riantiarno”.
A.    Struktur Plot
1.      Eksposisi/ pelukisan awal cerita: pengenalan/ pelukisan awal pada cerita yaitu adanya masalah dan tokoh-tokoh lakon.
Eksposisi pada naskah drama Jam Dinding yang Berdetak dimulai dari kemunculan tokoh satu per satu. Tokoh Mama yang berteriak-teriak membangunkan tokoh Benny anak laki-lakinya yang sedang tidur. Kemudian disusul tokoh Papa yang sedang mencari dasi dan tokoh Magda yang baru selesai mandi. Pemunculan masalahnya ada pada kerisauan Mama yang memikirkan nasib Benny. Benny yang sudah susah-susah disekolahkan tinggi ternyata hanya menjadi pelukis yang belum bisa menghasilkan uang.
2.      Konflik/ masalah yang ditimbulkan dalam cerita: Masalah berkembang menuju konflik.
Masalah jadi berkembang ketika tokoh Papa ikut-ikutan merisaukan masalah dengan menambah-nambahi dengan masalah kemiskinan mereka. Ia menyinggung barang-barang yang digadaikan untuk menutupi kemiskinan. Masih ada jam dinding antik (hadiah pernikahannya dulu) yang belum tergadai. Mama masih mempertahankannya karena memiliki nilai kenangan istimewa baginya.
3.      Komplikasi: Masalah makin berkembang (terjadi pembenturan yang kian menajam).
Antara tokoh satu dengan tokoh yang lain mulai berbenturan pendapat. Keempat tokoh utama memiliki pendapat masing-masing terhadap masalah.  Tokoh Papa cenderung tidak begitu menanggapi lagi.  Tokoh Mama masih tetap dengan kerisauannya.  Tokoh Benny dan Magda berselisih pendapat atas nasib mereka yang kurang beruntung dan seringnya percekcokan antara orang tua mereka.
4.      Krisis/klimaks: Mulai adanya upaya pencarian jalan keluar
Benny dan Magda ingin meredakan masalah dengan memberi kejutan dan  hadiah ulang tahun pernikahan kepada Papa dan Mama.
5.      Resolusi/Anti-klimaks: Persoalan mulai diselesaikan
Kemesraan antara Thomas dan Marie terajut kembali.  Namun ada pembicaraan yang tidak mengenakkan mengenai permasalahan yang ada dalam klimaks terjadi di antara mereka sehingga Thomas meninggalkan rumah.
6.      Solusi: Konflik berakhir. Kisah selesai.
Saat Marie bersedih karena Thomas meninggalkannya, datang seorang polisi yang memberi kabar bahwa Thomas baru saja meninggal.  Marie pun terkejut ketika mendengar kabar tersebut. Namun yang sebenarnya hanyalah mimpi dari Marie. Dan akhirnya cerita pun selesai.
B.     Struktur Tokoh/ Penokohan (karakter)
Dari hasil membaca naskah drama Nano Riantiarno ini, penulis mencoba untuk mengkaji struktur bentuk tokoh atau penokohan (karakter) dari masing-masing tokoh dalam cerita Jam Dinding yang Berdetak tersebut. Namun penulis hanya mengambil tiga tokoh yang diperjelas ciri dan karakter tokoh tersebut, diantaranya tokoh Mama, Papa, dan Beny. Dari masing-masing tokoh penulis melihat dari tiga aspek, yakni: 1) aspek fisiologis, 2) aspek sosiologis, dan 3) aspek psikologis para tokoh.
a.      Tokoh Thomas Pattiwael
1.      Aspek fisiologis: seorang laki-laki berusia sekitar 45 tahun, bertubuh gemuk.
2.      Aspek sosiologis: suami dari Marrie Pattiwael, sama-sama berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam cerita sudah jatuh miskin, berpendidikan.
3.      Aspek psikologis: bernafsu tinggi, tempramental, suami yang menginginkan istrinya kembali menjadi istri yang sewajarnya. 

b.      Tokoh Marie Pattiwael
1.      Aspek fisiologis: seorang perempuan berusia sekitar 43 tahun, berwajah cantik, berambut hitam panjang namun diakhir cerita dipotong menjadi pendek.
2.      Aspek sosiologis: istri Thomas Pattiwael, mungkin saja berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam cerita sudah jatuh miskin, berpendidikan.
3.      Aspek psikologis: cerewet, lemah dan menyembunyikan kelemahannya lewat kecerewetannya, tempramental, memperlakukan dirinya sebagai orang sakit.
c.       Tokoh Benny
1.      Aspek fisiologis: seorang laki-laki yang berusia sekitar 17 tahun.
2.      Aspek sosiologis: anak bungsu dari Marrie dan Tom, hobinya melukis, di drop out dari sekolahnya karena bertengkar dengan gurunya, berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam cerita sudah jatuh miskin.
3.      Aspek psikologis: keras kepala (susah diatur), penyayang. 
C.    Struktur Setting
Di dalam cerita tersebut di awal telah menyebutkan secara detail saat keadaan rumah yang terletak di kompleks orang-orang miskin dan orang-orang pensiun dan posisi yang dilengkapi seluruh isi perabotan rumah tangga dan lainnya. Naskah ini diperankan dalam sebuah rumah keluarga Thomas Patiwael yang diantaranya sebagai berikut:
a.       Bagian pertama cerita: kita melihat halaman depan, ada pohon pisang beberapa batang. Satu pohon jambu  dan satu pohon kersen,  di muka rumah ada lentera tergantung persis di atas kursi goyang dekat jendela kayu.
b.      Bagian tengah (ruangan): terdapat sebuah sofa reot, permadani butut, dua buah kursi rotan. Sebuah lemari pecah belah di sudut ruang dekat pintu.  Bergordyn korduray hijau lumut, sebuah lobang pintu tak berdaun pintu dari sebuah kamar tidur yang pasti sempit , sebuah jam dinding terpaku diantara sofa megahdiantara potret –potret tua, kelihatan jam itu sangat antik. Keadaan kamar itu betul-betul berantakan.
c.       Bagian ketiga: rak piring besi yang catnya sudah mulai luntur dan karatan. Ember berbaur dengan alat –alat lukis, cat-cat, tube-tube kosong figura-figura kanvas setengah berlukis dan lukisan-lukisan bertumpuk di satu sudut. 
D.    Rumusan Masalah
Dari ungkapan struktur-struktur di atas penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan yang menunjukan pada apa, persoalan yang harus di kaji lebih dalam. Penulis hanya memfokuskan untuk meneliti lebih dalam proses perubahan tokoh Marie yang menjadi seorang Ibu dalam cerita. Sehingga keluarlah persoalan yang ada dan dirumuskan menjadi suatu masalah berikut:
1.      Bagaimanakah perubahan sikap yang di alami oleh Marie?

E.     Pengkajian Tokoh Marie dengan Pendekatan Psikologi Sastra
Dari penentuan struktur di atas, dapat saya kaji melalui pendekatan psikologi sastra yang menitik beratkan pada tokoh Marie yang berperan sebagai tokoh Ibu.
Tokoh Marie mencoba untuk mencari suatu yang diinginkan yakni kebahagiaan hidup. Namun dengan segala keterbatasan ekonomi kebutuhan hidup yang seharusnya terpenuhi tapi tidak terpenuhi. Pada akhirnya di dalam cerita tersebut menemukan satu titik masalah yang dihadapi oleh tokoh Marie. Ada beban yang harus di tanggung pada diri seorang Ibu. Bagaimana ia memikirkan keluarganya dan dirinya. Ketika dipagi hari suami dan anaknya meminta makanan untuk sarapan pagi dan makanan pun tak ada, di sinilah tokoh Marie harus menanggung segalanya sebagai seorang ibu. Sehingga akhirnya Thomas meminta jam dindingnya untuk digadaikan, namun Marie tak mengizinkannya karena memang jam tersebut kenang-kenangan dari pernikahannya. Bukan hanya itu, ketika suaminya bersikap biasa-biasa saja dan Marie harus membanting tulang mencuci pakaian para tetangga dan menyetrika.
Perubahan kejiwaan tokoh terlihat dari konflik yang muncul beberapa kondisi perubahan jiwa yang dihadapi tokoh ibu/ Marie. Yang paling signifikan adalah perubahan tokoh yang tidak teratur. Seperti mulai mengeluh, memiliki sifat egois dan sulit menerima sesuatu hal. Perubahan jiwa tersebut terjadi akibat setiap masalah yang timbul dalam keluarga. Yang sangat menonjol ketika ia tidak bisa memberikan suatu kepuasan hidup terhadap suaminya Thomas Pattiwael, perubahan sikap yang di alami tokoh Marie sangat terlihat. Marie menolak memberikan kepuasan karena Marie menganggap umurnya sudah tidak muda lagi dan tidak mampu untuk melakukan itu. Batin yang terpendam membuat Marie mengeluh dan merasakan kesengsaraan diri sendiri, meski sebenarnya Marie mencoba untuk tetap mempertahankan sebuah pernikahan yang terjalin utuh.
Ada hal menarik bagi saya dalam cerita tersebut, ketika sepasang suami istri mencoba untuk mempertahankan sebuah ikatan perkawinan meski suaminya telah jenuh terhadap istri yang tidak bisa memberikan kepuasan, sehingga suaminya telah mengkhianati istrinya dengan mencari kepuasan dengan perempuan lain. Maka di sinilah peran seorang istri yang mencoba terus mempertahankan perkawinannya. Mungkin di sini kita melihat Marie yang sebenarnya tidak kuat melihat kelakuan suaminya namun ia mencoba terus mempertahankan perkawinannya. Salah satu alasan mungkin saja anak yang menjadi risiko bagi Marie. Marie memikirkan bagaimana nasib anak bila harus bercerai. Ada rasa kasih sayang yang tinggi terhadap anak, dan memikirkan kondisi dan mental anak bila ia harus berpisah meski pun anak-anaknya telah beranjak dewasa. Pada akhirnya Marie mencoba terus mempertahankan perkawinannya dengan Thomas.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar