Kelas : 5 C Diksatrasia
Mata
Kuliah : Kajian Drama Indonesia
Menentukan struktur
yang terkandung dalam plot dan mengkaji dengan pendekatan psikologi pada naskah
drama “Jam Dinding yang Berdetak Karya Nano Riantiarno”.
A.
Struktur
Plot
1. Eksposisi/
pelukisan awal cerita: pengenalan/ pelukisan awal pada cerita yaitu adanya
masalah dan tokoh-tokoh lakon.
Eksposisi
pada naskah drama Jam Dinding yang Berdetak dimulai dari kemunculan
tokoh satu per satu. Tokoh Mama yang berteriak-teriak membangunkan tokoh Benny
anak laki-lakinya yang sedang tidur. Kemudian disusul tokoh Papa yang sedang
mencari dasi dan tokoh Magda yang baru selesai mandi. Pemunculan masalahnya ada
pada kerisauan Mama yang memikirkan nasib Benny. Benny yang sudah susah-susah
disekolahkan tinggi ternyata hanya menjadi pelukis yang belum bisa menghasilkan
uang.
2.
Konflik/ masalah yang ditimbulkan
dalam cerita: Masalah berkembang menuju konflik.
Masalah jadi
berkembang ketika tokoh Papa ikut-ikutan merisaukan masalah dengan menambah-nambahi
dengan masalah kemiskinan mereka. Ia menyinggung barang-barang yang digadaikan
untuk menutupi kemiskinan. Masih ada jam dinding antik (hadiah pernikahannya
dulu) yang belum tergadai. Mama masih mempertahankannya karena memiliki nilai
kenangan istimewa baginya.
3.
Komplikasi: Masalah makin berkembang
(terjadi pembenturan yang kian menajam).
Antara tokoh
satu dengan tokoh yang lain mulai berbenturan pendapat. Keempat tokoh utama
memiliki pendapat masing-masing terhadap masalah. Tokoh Papa cenderung
tidak begitu menanggapi lagi. Tokoh Mama masih tetap dengan
kerisauannya. Tokoh Benny dan Magda berselisih pendapat atas nasib mereka
yang kurang beruntung dan seringnya percekcokan antara orang tua mereka.
4.
Krisis/klimaks: Mulai adanya upaya
pencarian jalan keluar
Benny dan
Magda ingin meredakan masalah dengan memberi kejutan dan hadiah ulang
tahun pernikahan kepada Papa dan Mama.
5.
Resolusi/Anti-klimaks: Persoalan
mulai diselesaikan
Kemesraan
antara Thomas dan Marie terajut kembali. Namun ada pembicaraan yang tidak
mengenakkan mengenai permasalahan yang ada dalam klimaks terjadi di antara
mereka sehingga Thomas meninggalkan rumah.
6.
Solusi: Konflik berakhir. Kisah
selesai.
Saat Marie
bersedih karena Thomas meninggalkannya, datang seorang polisi yang memberi
kabar bahwa Thomas baru saja meninggal. Marie pun terkejut ketika
mendengar kabar tersebut. Namun yang sebenarnya hanyalah mimpi dari Marie. Dan
akhirnya cerita pun selesai.
B. Struktur Tokoh/ Penokohan (karakter)
Dari hasil
membaca naskah drama Nano Riantiarno ini, penulis mencoba untuk mengkaji
struktur bentuk tokoh atau penokohan (karakter) dari masing-masing tokoh dalam
cerita Jam Dinding yang Berdetak tersebut. Namun penulis hanya mengambil tiga
tokoh yang diperjelas ciri dan karakter tokoh tersebut, diantaranya tokoh Mama,
Papa, dan Beny. Dari masing-masing tokoh penulis melihat dari tiga aspek,
yakni: 1) aspek fisiologis, 2) aspek sosiologis, dan 3) aspek psikologis para
tokoh.
a. Tokoh Thomas Pattiwael
1.
Aspek fisiologis: seorang laki-laki
berusia sekitar 45 tahun, bertubuh gemuk.
2.
Aspek sosiologis: suami dari Marrie
Pattiwael, sama-sama berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam cerita
sudah jatuh miskin, berpendidikan.
3.
Aspek psikologis: bernafsu tinggi,
tempramental, suami yang menginginkan istrinya kembali menjadi istri yang
sewajarnya.
b. Tokoh Marie Pattiwael
1.
Aspek fisiologis: seorang perempuan
berusia sekitar 43 tahun, berwajah cantik, berambut hitam panjang namun diakhir
cerita dipotong menjadi pendek.
2.
Aspek sosiologis: istri Thomas
Pattiwael, mungkin saja berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam
cerita sudah jatuh miskin, berpendidikan.
3.
Aspek psikologis: cerewet, lemah dan
menyembunyikan kelemahannya lewat kecerewetannya, tempramental, memperlakukan
dirinya sebagai orang sakit.
c. Tokoh Benny
1.
Aspek fisiologis: seorang laki-laki yang
berusia sekitar 17 tahun.
2.
Aspek sosiologis: anak bungsu dari
Marrie dan Tom, hobinya melukis, di drop out dari sekolahnya karena bertengkar
dengan gurunya, berasal dari kalangan menengah atas namun di dalam cerita sudah
jatuh miskin.
3.
Aspek psikologis: keras kepala
(susah diatur), penyayang.
C. Struktur Setting
Di dalam
cerita tersebut di awal telah menyebutkan secara detail saat keadaan rumah yang
terletak di kompleks orang-orang miskin dan orang-orang pensiun dan posisi yang
dilengkapi seluruh isi perabotan rumah tangga dan lainnya. Naskah ini
diperankan dalam sebuah rumah keluarga Thomas Patiwael yang diantaranya sebagai
berikut:
a.
Bagian pertama cerita: kita melihat
halaman depan, ada pohon pisang beberapa batang. Satu pohon jambu dan satu pohon kersen,
di muka rumah ada lentera tergantung persis di atas kursi goyang dekat
jendela kayu.
b.
Bagian tengah (ruangan): terdapat
sebuah sofa reot, permadani butut, dua buah kursi rotan. Sebuah lemari pecah
belah di sudut ruang dekat pintu.
Bergordyn korduray hijau lumut, sebuah lobang pintu tak berdaun pintu
dari sebuah kamar tidur yang pasti sempit , sebuah jam dinding terpaku diantara
sofa megahdiantara potret –potret tua, kelihatan jam itu sangat antik. Keadaan
kamar itu betul-betul berantakan.
c.
Bagian ketiga: rak piring besi yang
catnya sudah mulai luntur dan karatan. Ember berbaur dengan alat –alat lukis,
cat-cat, tube-tube kosong figura-figura kanvas setengah berlukis dan
lukisan-lukisan bertumpuk di satu sudut.
D. Rumusan Masalah
Dari
ungkapan struktur-struktur di atas penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan
yang menunjukan pada apa, persoalan yang harus di kaji lebih dalam. Penulis
hanya memfokuskan untuk meneliti lebih dalam proses perubahan tokoh Marie yang
menjadi seorang Ibu dalam cerita. Sehingga keluarlah persoalan yang ada dan
dirumuskan menjadi suatu masalah berikut:
1.
Bagaimanakah perubahan sikap yang di
alami oleh Marie?
E. Pengkajian Tokoh Marie dengan
Pendekatan Psikologi Sastra
Dari
penentuan struktur di atas, dapat saya kaji melalui pendekatan psikologi sastra
yang menitik beratkan pada tokoh Marie yang berperan sebagai tokoh Ibu.
Tokoh Marie
mencoba untuk mencari suatu yang diinginkan yakni kebahagiaan hidup. Namun
dengan segala keterbatasan ekonomi kebutuhan hidup yang seharusnya terpenuhi
tapi tidak terpenuhi. Pada akhirnya di dalam cerita tersebut menemukan satu
titik masalah yang dihadapi oleh tokoh Marie. Ada beban yang harus di tanggung
pada diri seorang Ibu. Bagaimana ia memikirkan keluarganya dan dirinya. Ketika
dipagi hari suami dan anaknya meminta makanan untuk sarapan pagi dan makanan
pun tak ada, di sinilah tokoh Marie harus menanggung segalanya sebagai seorang
ibu. Sehingga akhirnya Thomas meminta jam dindingnya untuk digadaikan, namun
Marie tak mengizinkannya karena memang jam tersebut kenang-kenangan dari pernikahannya.
Bukan hanya itu, ketika suaminya bersikap biasa-biasa saja dan Marie harus
membanting tulang mencuci pakaian para tetangga dan menyetrika.
Perubahan
kejiwaan tokoh terlihat dari konflik yang muncul beberapa kondisi perubahan
jiwa yang dihadapi tokoh ibu/ Marie. Yang paling signifikan adalah perubahan
tokoh yang tidak teratur. Seperti mulai mengeluh, memiliki sifat egois dan
sulit menerima sesuatu hal. Perubahan jiwa tersebut terjadi akibat setiap
masalah yang timbul dalam keluarga. Yang sangat menonjol ketika ia tidak bisa
memberikan suatu kepuasan hidup terhadap suaminya Thomas Pattiwael, perubahan
sikap yang di alami tokoh Marie sangat terlihat. Marie menolak memberikan
kepuasan karena Marie menganggap umurnya sudah tidak muda lagi dan tidak mampu
untuk melakukan itu. Batin yang terpendam membuat Marie mengeluh dan merasakan
kesengsaraan diri sendiri, meski sebenarnya Marie mencoba untuk tetap
mempertahankan sebuah pernikahan yang terjalin utuh.
Ada hal
menarik bagi saya dalam cerita tersebut, ketika sepasang suami istri mencoba
untuk mempertahankan sebuah ikatan perkawinan meski suaminya telah jenuh
terhadap istri yang tidak bisa memberikan kepuasan, sehingga suaminya telah
mengkhianati istrinya dengan mencari kepuasan dengan perempuan lain. Maka di
sinilah peran seorang istri yang mencoba terus mempertahankan perkawinannya.
Mungkin di sini kita melihat Marie yang sebenarnya tidak kuat melihat kelakuan
suaminya namun ia mencoba terus mempertahankan perkawinannya. Salah satu alasan
mungkin saja anak yang menjadi risiko bagi Marie. Marie memikirkan bagaimana
nasib anak bila harus bercerai. Ada rasa kasih sayang yang tinggi terhadap
anak, dan memikirkan kondisi dan mental anak bila ia harus berpisah meski pun
anak-anaknya telah beranjak dewasa. Pada akhirnya Marie mencoba terus
mempertahankan perkawinannya dengan Thomas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar